Minggu, 26 Juni 2011

Diduga Stress Gara-Gara Memendam Cinta Man Londo Dipasung Selama 15 Tahun

REMBANG-Diduga akibat Stress yang berkepanjangan dan akibat frustasi gara-gara memendam rasa cinta yang tak kesampaian, membuat seorang pria harus hidup dalam pasungan. Selam Kurang lebih 15 tahun lamanya kaki kiri pria malang itu terpaksa dijepit di pemasungan, bahkan dua tangan dan  kaki dalam keadaan dirantai. 

Kejadian yang dialami Sungatman usia 40 tahun warga RT 1-RW 1 Desa Tasikagung sungguh sangat mengenaskan, karena sejak diketahui mengalami stress 16 tahun silam, setahun berikutnya pria yang dijuluki Man Londo itu terpaksa menjalani hidup dalam keadaan terpasung kakinya. Sehari-hari hanya berselimutkan secarik kain sarung, tinggal di bedeng bambu, sungguh satu kondisi yang tak layak bagaikan seekor hewan ternak piaraan.
Umbar usia 27 tahun salah satu tetangga mengatakan, Man Londo pada usia mudanya menaksir seorang gadis saudara tetangga mereka, namun dia tidak berani menyampaikan maksud hatinya dan memendam rasa cinta di dalam hati. Hal itu disebabkan Man Londo hanya lulusan Sekolah dasar dan bekerja sebagai buruh nelayan. "Hingga suatu saat ketika gadis yang diincarnya dipinang salah satu teman Man Londo yang juga buruh nelayan bahkan tak pernah bersekolah dan kemudian menikah, kenyataan itu membuatnya mengalami stress berat dan sering mengamuk," jelasnya.

Atas keputusan bersama warga sebut Umbar, akhirnya disetujui untuk memasung Man Londo. Karena bila stress-nya kambuh, sering merusak rumah tetangga sekitar. Bahkan dalam keadaan stress begitu hebat, dia bisa melepas pasungan dan pernah lepas hingga lima kali. "Seterusnya untuk mengantisipasi kejadian terulang, lantas kaki dan tangan Man Londo pun terpaksa dirantai,"Terangnya
Sementara itu Retno Ariyani yang akran disapa Ririn usia 25 tahun, salah satu kerabat yang peduli dengan keadaan Man Londo, setiap hari mengirim makanan dan keperluan lain yang dibutuhkan pria malang itu. Dalam sehari dia mengeluarkan dana mencapai Rp 15 ribu untuk memenuhi kebutuhan kakak iparnya itu. "Sehari makan tiga kali, terkadang minta buah dan roti. Sedikitnya sehari menghabiskan uang Rp 15 ribu," ungkapnya.

Disebutkan Ririn, dalam kedaan tidak mengalami stress sebenarnya Man Londo mudah diajak berkomunikasi. Tetapi bila sedang kambuh maka muncul perangai pemarah dan sering melempar siapa saja yang berada di dekatnya. "Oleh karena itu kaka ipar dijauhkan dari benda keras dan tajam, agar tidak melukai orang lain dan dirinya sendiri," sergahnya.

Ririn menambahkan, hampir tiga bulan terakhur Man Londo semakin berkurang intensitas kambuh stressnya dan keluarga berharap ada dermawan yang mau mengulurkan tangan membantu pengobatan saudaranya itu agar bisa sembuh. Atau setidaknya ada yang mau membantu menyalurkan bantuan bahan pangan. "Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dia," imbuhnya.

Sedangkan Robis usia 40 tahun salah satu sahabat dekat Man Londo menjelaskan, meski hanya anak nelayan tetapi teman baiknya itu berbakat dalam bidang musik. Saat sebelum menderita stress dan dipasung, sering mereka berdua berlatih menyanyikan lagu-lagu yang sedang trend saat itu. "Saya pegang kibor sementara Man Londo memainkan gitar," jelasnya.

Karena merasa dekat dan terhitung teman akrab, pernah keluarga Robi mengirim Man Londo untuk dirawat di Rumah Sakit Jiwa di Magelang dan Semarang, tetapi penderita stress akut itu kabur dan kembali ke rumah. Meski merasa kasihan, Robi tak mampu berbuat apa-apa menyaksikan sahabatnya itu menjalani sisa hidupnya dalam keadaan terpasung dan tangan serta kaki dirantai. "Pasalnya apabila sedang kambuh, Man Londo suka mengamuk dan memecah barang yang berada di sekitarnya, termasuk kala berada di rumah saya yang notabene adalah sahabat dekatnya sendiri," pungkasnya.   (hasan)